Ku ambil sedikit cahaya yang kau beri padaku, cahaya itupun menjelma
menjadi lembaran do'a, dan lembaran do'a itu akan ku isi kata2 indah
seperti semuanya yang kau beri kepadaku, sosokmu sangat berarti bagiku.
Saat
jeritan tangisku pertama kali terucap, saat itu tangisan bahagia
berjatuhan dari matamu, kau mencium pipi mungilku dengan pipi merahmu,
kau menyusuiku dengan rasa bahagia, seiring berjalannya waktu aku tumbuh
besar sampai sekarang ini.
Banyak pengalaman sedih yang kualami saat
bersamamu, ketika kusakit hati gelisah menyelubungimu, tapi ketika kau
sakit apa dayaku atas semua ini, hanya air mata yang bisa kukeluarkan,
tapi apa ? air mata itu malah jadi beban bagimu.
Aku mendengar namaku
disebutnya lagi dalam maghribnya kali ini, seketika darahku mengalir
begitu cepat.... Ya Allah, ternyata dia benar-benar menyebut namaku
dalam do'a nya, dalam tangisnya hatiku membiru, IBU, aku tak mampu
mengucapkan langsung kepadamu, lewat ini... izinkan aku mengungkapkan
perasaanku saat ini untuk mu yg terindah.
IBU, pada kesunyian dunia
yg begitu dingin untuk bersuara, dan disela-sela godaan sang angin pada
pepohonan. sejenak mengantarkanku pada perenungan tentang seorang ibu,
wanita yang memberikanku curahan kasih sayang tanpa henti, ia laksana
melati yg tebarkan harum wewangian, tanpa pernah meminta balasan, ia
jugalah yg memberikan tempat bernaung untuk anak-anak nya.
Takkan
pernah sanggup membalas curahan kasih sayangnya padaku, takkan pernah
mampu menghitung ribuan cintanya padaku, sembunyikanlah peluh yg
membasahi tanah demi diriku, membasuh airmata yg terurai karena
tingkahku.
Ia tanamkan harapan pada jiwa sesosok anak manusia, membingkaikan mahkota dikepala sbg simbol penerus masa depan.
Rela
gelatakan tubuhnya pada kasur yg bersimbah darah, umpatan, Cacian, dan
makian yg terdengar takkan menyurutkan ikhlasnya, ia bahkan rela
menanggalkan arti sebuah kebahagiaan, dan bahkan ia rela bersujud
dihadapan anjing-anjing kekuasaan.
Membelaiku saat tubuh terasa lemah
oleh goresan2 waktu, mengobatiku saat hati tercabik-cabik oleh jilatan
para serigala, membimbingku saat dua sisi memaksaku untuk memilih,
sehingga bimbang tak lagi melekat pada peraduan akal dan pikiran, tak
pernah sedikitpun terucap kata pamrih darinya walau seharusnya ia mampu
untuk memintanya kembali.... IBU, Ya... IBU Engkau menuntunku disetiap
waktu menuju arah yg tepat, engkau antarkan aku kedepan gerbang
kebahagiaan.
Gerbang yg semestinya aku tapakkan laju langkahku,
hingga tak pernah ku sdari bahwa kau selalu mengasihiku / mengawasiku
bila ku terjatuh, kau mengajarkanku tentang apa arti hidup agar aku
dapat tetap tegar hadapi waktu yg selalu menikamku dg perih, menatap
pasti setiap mimpi yg kan berarti, mewujudkan semua keinginan meski tak
mudah untuk kau penuhi.
Engkaulah yg selalu senandungkan duka disaat
duka, hingga duka yg kau jinakkan mampu terevolusi menjadi suka.
Engkaulah yg selalu memberiku nuansa disaat hati terasa gundah,
memapahku pada kesejukan bahumu ketika kubersedih.
Saat dimana hati
ini terlalu letih untuk menapaki hari, kau sejukan nuraniku ketika ku
terkapar dalam kesenjangan lingkungan, mereduksikan amarahku dalam
kelabilan masa remaj, ketika jalan terjal hidupku menemui statis, kau
memberiku wejangan-wejangan indah yg bermakna hingga tak pernah
sekalipun kau biarkanku terjebak dalam nestpa sebuah pengorbanan yg tak
mampu kubalas hingga akhir zaman, selama hayat masih dikandung badan
sepanjang masa, takkan pernah kulupakan dirimu ibu.
Akan kuberi kata-kata yg kurangkai dalam bentuk lembaran do'a dan harapanku hanya untukmu.... Untukmu pahlawan hidupku.
Ya ALLAH ...!!
wahai
tuhanku, berikanlah kebahagiaan pada ibuku hingga akhir waktu karena
aku akan membahagiakannya sebagai bukti aku cinta padanya, setulus kasih
sayangku sebagai seorang anak, aku akan abersujud dan merebahkan
lututku ditelapak kakinya. Ia pasti kecewa jika kejamnya kehidupan
membuatku terjungkal.
Oleh karena itu, aku harus bangkit dari
keterpurukan yg selama ini membelenggu, menyusuri setiap mimpi dan
harapan yg menggarisi Cita-cita, membalas kepercayaan yg telah terbangun
darinya hingga kudapat taklukan gelombang pasang yg menerjang dan
mengokohkan diri agar tak mudah hancur terbawa arus.
Wahai Ibuku,
aku
berjanji untuk tidak menjadi seorang pengecut seperti yg kau
idam-idamkan dariku, aku juga tidak ingin seperti mereka yg keluar rumah
dg perasaan takut hingga membuat langkah mereka menjadi gemetar dalam
gambar hari esok yg kian pekat.
IBU....!!!
Andaikan engkau tahu,
betapa rindunya diriku akan dirimu setelah kau pergi meninggalkan ku,
meninggalkan kita dan bahkan rumah kita.
14 tahun kita berpisah yg entah kemana kau pergi meninggalkan ku, tanpa seuntai kata, dan bahkan tanpa meninggalkan jejak.
Ibu,
aku mengharapkanmu datang kembali untuk menjalankan hidup bersama dan
aku tak ingin menjalankan hidup ini sendirian menghadapi kejamnya hidup
dan memikul beban sendiri, aku ingin berbaring dipangkuanmu mengadu
tentang hari-hari lelahku tentang kerasnya dunia yg tak seteduh kasihmu.
Ibu,
belailah rambutku, pijatlah tanganku, usaplah dahiku alu ingin
membasuhi pangkuanmu dg air mataku, dengan keringat dinginku dan nina
bobokanlah aku, bacakan kisah-kisah tentang indahnya surga hingga aku
terlelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar