Selasa, 08 September 2015

MOM, My Everything

Ku ambil sedikit cahaya yang kau beri padaku, cahaya itupun menjelma menjadi lembaran do'a, dan lembaran do'a itu akan ku isi kata2 indah seperti semuanya yang kau beri kepadaku, sosokmu sangat berarti bagiku.

Saat jeritan tangisku pertama kali terucap, saat itu tangisan bahagia berjatuhan dari matamu, kau mencium pipi mungilku dengan pipi merahmu, kau menyusuiku dengan rasa bahagia, seiring berjalannya waktu aku tumbuh besar sampai sekarang ini.
Banyak pengalaman sedih yang kualami saat bersamamu, ketika kusakit hati gelisah menyelubungimu, tapi ketika kau sakit apa dayaku atas semua ini, hanya air mata yang bisa kukeluarkan, tapi apa ? air mata itu malah jadi beban bagimu.

Aku mendengar namaku disebutnya lagi dalam maghribnya kali ini, seketika darahku mengalir begitu cepat.... Ya Allah, ternyata dia benar-benar menyebut namaku dalam do'a nya, dalam tangisnya hatiku membiru, IBU, aku tak mampu mengucapkan langsung kepadamu, lewat ini... izinkan aku mengungkapkan perasaanku saat ini untuk mu yg terindah.

IBU, pada kesunyian dunia yg begitu dingin untuk bersuara, dan disela-sela godaan sang angin pada pepohonan. sejenak mengantarkanku pada perenungan tentang seorang ibu, wanita yang memberikanku curahan kasih sayang tanpa henti, ia laksana melati yg tebarkan harum wewangian, tanpa pernah meminta balasan, ia jugalah yg memberikan tempat bernaung untuk anak-anak nya.
Takkan pernah sanggup membalas curahan kasih sayangnya padaku, takkan pernah mampu menghitung ribuan cintanya padaku, sembunyikanlah peluh yg membasahi tanah demi diriku, membasuh airmata yg terurai karena tingkahku.
Ia tanamkan harapan pada jiwa sesosok anak manusia, membingkaikan mahkota dikepala sbg simbol penerus masa depan.
Rela gelatakan tubuhnya pada kasur yg bersimbah darah, umpatan, Cacian, dan makian yg terdengar takkan menyurutkan ikhlasnya, ia bahkan rela menanggalkan arti sebuah kebahagiaan, dan bahkan ia rela bersujud dihadapan anjing-anjing kekuasaan.
Membelaiku saat tubuh terasa lemah oleh goresan2 waktu, mengobatiku saat hati tercabik-cabik oleh jilatan para serigala, membimbingku saat dua sisi memaksaku untuk memilih, sehingga bimbang tak lagi melekat pada peraduan akal dan pikiran, tak pernah sedikitpun terucap kata pamrih darinya walau seharusnya ia mampu untuk memintanya kembali.... IBU, Ya... IBU Engkau menuntunku disetiap waktu menuju arah yg tepat, engkau antarkan aku kedepan gerbang kebahagiaan.
Gerbang yg semestinya aku tapakkan laju langkahku, hingga tak pernah ku sdari bahwa kau selalu mengasihiku / mengawasiku bila ku terjatuh, kau mengajarkanku tentang apa arti hidup agar aku dapat tetap tegar hadapi waktu yg selalu menikamku dg perih, menatap pasti setiap mimpi yg kan berarti, mewujudkan semua keinginan meski tak mudah untuk kau penuhi.
Engkaulah yg selalu senandungkan duka disaat duka, hingga duka yg kau jinakkan mampu terevolusi menjadi suka. Engkaulah yg selalu memberiku nuansa disaat hati terasa gundah, memapahku pada kesejukan bahumu ketika kubersedih.

Saat dimana hati ini terlalu letih untuk menapaki hari, kau sejukan nuraniku ketika ku terkapar dalam kesenjangan lingkungan, mereduksikan amarahku dalam kelabilan masa remaj, ketika jalan terjal hidupku menemui statis, kau memberiku wejangan-wejangan indah yg bermakna hingga tak pernah sekalipun kau biarkanku terjebak dalam nestpa sebuah pengorbanan yg tak mampu kubalas hingga akhir zaman, selama hayat masih dikandung badan sepanjang masa, takkan pernah kulupakan dirimu ibu.
Akan kuberi kata-kata yg kurangkai dalam bentuk lembaran do'a dan harapanku hanya untukmu.... Untukmu pahlawan hidupku.

Ya ALLAH ...!!
wahai tuhanku, berikanlah kebahagiaan pada ibuku hingga akhir waktu karena aku akan membahagiakannya sebagai bukti aku cinta padanya, setulus kasih sayangku sebagai seorang anak, aku akan abersujud dan merebahkan lututku ditelapak kakinya. Ia pasti kecewa jika kejamnya kehidupan membuatku terjungkal.
Oleh karena itu, aku harus bangkit dari keterpurukan yg selama ini membelenggu, menyusuri setiap mimpi dan harapan yg menggarisi Cita-cita, membalas kepercayaan yg telah terbangun darinya hingga kudapat taklukan gelombang pasang yg menerjang dan mengokohkan diri agar tak mudah hancur terbawa arus.
Wahai Ibuku,
aku berjanji untuk tidak menjadi seorang pengecut seperti yg kau idam-idamkan dariku, aku juga tidak ingin seperti mereka yg keluar rumah dg perasaan takut hingga membuat langkah mereka menjadi gemetar dalam gambar hari esok yg kian pekat.

IBU....!!!
Andaikan engkau tahu, betapa rindunya diriku akan dirimu setelah kau pergi meninggalkan ku, meninggalkan kita dan bahkan rumah kita.
14 tahun kita berpisah yg entah kemana kau pergi meninggalkan ku, tanpa seuntai kata, dan bahkan tanpa meninggalkan jejak.
Ibu, aku mengharapkanmu datang kembali untuk menjalankan hidup bersama dan aku tak ingin menjalankan hidup ini sendirian menghadapi kejamnya hidup dan memikul beban sendiri, aku ingin berbaring dipangkuanmu mengadu tentang hari-hari lelahku tentang kerasnya dunia yg tak seteduh kasihmu.
Ibu, belailah rambutku, pijatlah tanganku, usaplah dahiku alu ingin membasuhi pangkuanmu dg air mataku, dengan keringat dinginku dan nina bobokanlah aku, bacakan kisah-kisah tentang indahnya surga hingga aku terlelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar